FUNGSI
AGAMA BAGI KEHIDUPAN
Disusun oleh:
1.
Retna
Anggar Udawati
2.
Roro
Eka Cepta Ningsih
3.
Siska
Bhakti Anggraini
4.
Rosalia
Oktaviani Akusna
5.
Poerwi
Saharti
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI PRODI DIII KEBIDANAN
Jl. Soekarno – Hatta
Po. Box 183 Telp. (0354) 391866 Fax. 393888
KEDIRI
KATA PENGANTAR
Segala
puja dan puji bagi Allah SWT, zat penguasa seluruh alam jagat raya. Teriring
pula sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasululloh SAW.
Amien....
Sebagai
wujud ikhtiar untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
mahasiswi di STIKES KARYA HUSADA KEDIRI.
Kami
menyusun makalah ini berdasarkan fakta yang kami dapat dari berbagai
sumber-sumber dan literatur-literatur yang dijamin kebenarannya. Kami
berterimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu untuk terselesainya
makalah ini.
Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan sarandiharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga kehadiran makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua dalam menjalankan aktivitas belajar.
Kediri,
24 September 2012
Penyusun
DIII
KEBIDANAN
DAFTAR ISI
Halaman
Cover..........................................................................................................................
Kata
Pengantar...................................................................................................................i
Daftar
isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar
belakang..............................................................................................1
Rumusan
masalah.........................................................................................1
Tujuan
Pembelajaran....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Agama........................................................................................3
Agama dan Masyarakat................................................................................4
Fungsi Agama Bagi Kehidupan...................................................................5
Peran Agama Pada Era Moderen
................................................................7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................9
Saran............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kata
“agama” mencakup seluruh agama, baik agama langit maupun agama bumi, agama
murni (Islam) atau agama yang telah mengalami distorsi. Menurut hemat kami, ,
hanya agama Islamlah yang bisa memberikan fungsi-fungsi positif pada setiap
zaman dan seluruh generasi manusia, karena Islam adalah agama penutup dan
paling sempurnanya agama Ilahi.
Dari
dimensi inilah, Islam mesti mencanangkan teori-teori, program-program, dan
petunjuk-petunjuk universal untuk setiap zaman dan setiap dimensi kehidupan
manusia yang bersifat individual dan sosial. Di sisi lain, agama, ilmu, dan
teknologi memiliki fungsi masing-masing. Program-program dan hukum-hukum agama
akan semakin berkembang dan luas sejalan dengan perkembangan teknologi melalui
ijtihad dari sumber-sumber fikih Islam, dengan demikian masalah-masalah baru
dalam wilayah hukum Islam akan mendapatkan solusinya.
Agama
Islam memiliki tiga program untuk manusia dalam wilayah hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan yang lain (masyarakat dan alam), dan
hubungan manusia dengan Tuhan. Dan Islam juga menawarkan dan memberikan solusi
dalam kebutuhan-kebutuhan ruhani dan spiritual manusia melalui jalan
keteladanan Ahlulbait Rasulullah Saw yang biasa disebut dengan nama ijtihad.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari
agama?
2. Apa hubungan antara
agama dengan masyarakat?
3. Apa fungsi agama
dalam kehidupan?
4. Apa peran agama di
era modern?
1.3
Tujuan
Pembelajaran
Dengan
adanya makalah ini penulis bertujuan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa agar
sebagai calon tenaga pendidikan khusus pendidikan agama islam menjadi
pendidikan yang sesuai dengan apa yang kita harapkan yaitu pendidikan yang
profesional selesai dengan bidangnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata
"agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti
"tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Berikut ini beberapa pengertian sosiologi agama menurut
para ahli:
·
Drs. D. Hendropuspito, O.C dalam bukunya "Sosiologi
Agama" menerangkan bahwa sosiologi agama adalah suatu cabang sosiologi
umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai
keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi kepentingan masyarakat agama itu
sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
·
Dr. W. Goddijn: sosiologi agama adalah bagian dari sosiologi
umum (versi barat) yang mempelajarii suatu ilmu budaya empiris, profan dan
positif yang menuju kepada pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari
struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan
gejala-gejala kekelompokan keagamaan.
·
Sosiologi agama mempelajari peran agama di dalam masyarakat;
praktik, latar sejarah, perkembangan dan tema universal suatu agama di dalam
masyarakat (wiki)
Pendapat lain:
·
Sosiologi agama adalah ilmu yang membahas tentang hubungan
antara berbagai kesatuan masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh
dengan berbagai system agama, tingkat dan jenis spesialisasi berbagai peranan
agama dalam berbagai masyarakat dan system keagamaan yang berbeda.
·
Sosiologi agama adalah studi tentang fenomena social, dan
memandang agama sebagai fenomena social. Sosiologi agama selalu berusaha untuk
menemukan pinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat.
·
Sosiologi agama adalah suatu cabang sosiologi umum yang
mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai
keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi kepentingan masyarakat agama itu
sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
2.2 Agama dan Masyarakat
Agama dalam masyarakat ada tiga aspek
penting yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan
kepribadian.
Teori fungsional dalam melihat kebudayaan pengertiannya adalah, bahwa kebudayaan itu berwujud suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain, setiap saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat kongkret terjadi di sekeliling.
Agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
Agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukanmereka.
gama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya.
Teori fungsional dalam melihat kebudayaan pengertiannya adalah, bahwa kebudayaan itu berwujud suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain, setiap saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat kongkret terjadi di sekeliling.
Agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
Agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukanmereka.
gama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya.
2.3 Fungsi Agama Islam Bagi
Kehidupan
Secara fundamental terdapat
perbedaan yang tajam antara ilmu, teknologi, dan agama dalam wilayah
fungsionalnya. Kebutuhan mutlak, penting, dan urgen manusia terhadap agama
disebabkan adanya perkara-perkara yang tidak dapat atau mustahil dicapai oleh
manusia melalui akal, indera lahiriah, dan pengalaman hidupnya. Keterbatasan
alat epistemologi dan pengetahuan manusia ini juga diakui dan ditegaskan oleh
akal manusia sendiri dan kitab suci al-Quran pun secara langsung dan jelas
mengungkapkan kenyataan ini, “Dia mengajarkan kepada Kalian apa-apa yang
tidak dapat Kalian ketahui.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 239).
Fakta ini menetapkan bahwa manusia
mustahil mencapai dan mengetahui sesuatu yang akan menjamin kebutuhan hakiki
ruhaninya sedemikian sehingga menyebabkannya tidak lagi perlu dan butuh kepada
agama Ilahi (Islam).
Agama Islam memiliki tiga program
dan fungsi yang mewakili tiga bentuk hubungan manusia, antara lain:
1. Hubungan manusia dengan dirinya
sendiri;
2. Hubungan manusia dengan yang lain
(masyarakat dan alam);
3. Hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dengan melihat solusi Islam pada
ketiga pola hubungan manusia tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Islam
memperhatikan dan membangun dimensi-dimensi duniawi dan ukhrawi manusia,
jasmani dan ruhaninya, dan lahir dan batinnya, serta hati dan akalnya. Solusi
Islam yang sangat luas ini tidak dapat diharapkan dan diemban oleh
ajaran-ajaran yang murni buatan manusia, karena ilmu dan pengetahuan yang
dihasilkan oleh manusia itu sendiri hingga sekarang ini belum dapat mengklaim
telah mengenal dimensi-dimensi eksistensi manusia secara komprehensif dan
terperinci sehingga dapat menjamin, merancang, dan mengontruksi secara lengkap
program-program untuk kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat manusia.
Meski ilmu, pengetahuan, dan teknologi modern telah memberikan manfaat
bagi manusia, namun manfaat dan fungsi ini hanyalah sebatas memberikan
efektifitas, efisiensi, dan kemudahan bagi manusia dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jasmani-lahiriahnya. Ilmu dan teknologi modern itu tidak
mampu mencipta suatu bangunan filsafat yang utuh dan komprehensif dalam
menawarkan program-program yang efektif dan efisien lebih diperlukan oleh
manusia dan menjawab segenap kebutuhan jasmani dan ruhaninya. Memang Islam
telah memberikan wewenang kepada manusia untuk merancang sendiri alat-alat yang
efektif dan efisien untuk memudahkan kehidupan jasmaninya. Sementara Islam
mengemban dan bertanggung jawab terhadap perkara-perkara diluar batas-batas
kemampuan ilmu dan teknologi untuk memikulnya.
Program-program dan hukum-hukum
Islam semakin berkembang dan luas seirama dengan perkembangan ilmu, teknologi,
kebutuhan manusia yang melahirkan tema-tema baru yang menuntut penyelesaiannya.
Hukum-hukum baru ini akan ditetapkan dan dihasilkan dari sumber-sumber fikih
Islam yang lengkap melalui suatu proses ijtihad, dengan demikian, tidak ada
lagi keraguan bahwa Islam dan hukum-hukumnya tidak mampu sejalan dengan
perkembangan zaman dan menjawab kebutuhan-kebutuhan manusia di masa modern ini.
Jika
benar bahwa perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan manusia
tidak lagi memerlukan agama, maka setelah melewati satu atau beberapa abad
lahirnya Islam, niscaya manusia telah menegaskan ketidakbutuhannya kepada agama
dan meniti jalan kehidupannya hanya dengan capaian-capaian akal-pikirannya.
Sejarah kontemporer adalah sebaik-baiknya dalil dan argumen terhadap
ketidakbenaran perkara ini. Manusia bukan hanya tidak bisa melepaskan
kebutuhannya kepada agama, melainkan pasca zaman kebangkitan anti agama (baca:
zaman Renaisans) yang melahirkan banyak pengalaman-pengalaman pahit dari krisis
kemanusiaan, pada masa kini, manusia semakin dekat kepada ajaran-ajaran
religius dan merasakan kebutuhannya kepada nilai-nilai suci agama yang semakain
mendalam.
2.4 Peran Agama Pada Era
Moderen
1. agama sebagia
motivtor, agama di sini adalah sebagai penyemangat seseorang maupun kelompok
dalam mencapai cita-citanya di dalam seluruh aspek kehidupan.
2. agama sebagai
creator dan inovator, mendorong semangat untuk bekerja kreatif dan produktif
untuk membangun kehidupan dunia yang lebih baik dan kehidupan akhirat yang
lebih baik pula.
3. agama sebagai
integrator, di sini agama sebagai yang mengintegrasikan dan menyerasikan
segenap aktivitas manusia, baik sebagai orang-seorang maupun sebagai anggota
masyarakat.
4. agama sebagai
sublimator, masksudnya adalah agama sebagai mengadukan dan mengkuduskan segala
perbuatan manusia.
5. Agama sebagai
sumber inspirasi budaya bangsa, khususnya Indonesia.
Agama pada era
modern memandang dari perspektif Islam, modernitas dalam kehidupan kita sat ini
adalah impor dari dunia Barat yang memiliki sistem nilai logika. Perkembangan
tersendiri, yang di dalamya mungkin terdapat unsur yang singkronkan saling
melengkapi yang besifat universal. Dalam bentuknya yang positif umat Islampun
mengakui ”hutang budi’ mereka kepada Barat, terutama dalam mengikis kungkungan
tradisionalisme, kemudian menerima tatanan baru yang mendorong untuk melakukan
berbagai inovasi guna menjawab tantangan zaman di lingkungan masing-masing. Letak ditemanya : umat Islam kehilangan jati diri dalam
melihat tatanan yang serba asing kemudian menempatkan secara proporsional baik
sebagai ”kawan” maupun sebagai ”lawan”.
Dua tugas pokok
umat Islam yang peling mendesak utnuk diaktualisasikan :
1. Upaya
menganalisasikan ajaran Islam dalam jabat an yang lebih kokret dan dapat
diterapkan dalam realitas hidup keseharian. Ilslam harus bisa dipahami oleh segenap
lapisan masyarakat.
2. realitas hidup
itu sendiri harusnya menjadi sumber motivasi yang menantang agar untuk semakin
memanusia.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dengan melihat solusi Islam pada
ketiga pola hubungan manusia tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Islam memperhatikan
dan membangun dimensi-dimensi duniawi dan ukhrawi manusia, jasmani dan
ruhaninya, dan lahir dan batinnya, serta hati dan akalnya. Solusi Islam yang
sangat luas ini tidak dapat diharapkan dan diemban oleh ajaran-ajaran yang
murni buatan manusia, karena ilmu dan pengetahuan yang dihasilkan oleh manusia
itu sendiri hingga sekarang ini belum dapat mengklaim telah mengenal
dimensi-dimensi eksistensi manusia secara komprehensif dan terperinci sehingga
dapat menjamin, merancang, dan mengontruksi secara lengkap program-program
untuk kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat manusia. Meski ilmu,
pengetahuan, dan teknologi modern telah memberikan manfaat bagi manusia, namun
manfaat dan fungsi ini hanyalah sebatas memberikan efektifitas, efisiensi, dan
kemudahan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani-lahiriahnya.
Ilmu dan teknologi modern itu tidak mampu mencipta suatu bangunan filsafat yang
utuh dan komprehensif dalam menawarkan program-program yang efektif dan efisien
lebih diperlukan oleh manusia dan menjawab segenap kebutuhan jasmani dan
ruhaninya. Memang Islam telah memberikan wewenang kepada manusia untuk
merancang sendiri alat-alat yang efektif dan efisien untuk memudahkan kehidupan
jasmaninya. Sementara Islam mengemban dan bertanggung jawab terhadap
perkara-perkara diluar batas-batas kemampuan ilmu dan teknologi untuk
memikulnya.
3.2
Saran
Penulis berharap kepada pembaca
setelah membaca makalah ini dapat
mengetahui tentang apa fungsi agama bagikehidupan baik dalam pengertian maupun
dasar dan tujuan. Selain daripada itu, apabila terdapat kesalahan kami mohon
maaf dan mohon kritik dan sarannya demi kebaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://retnasuria-w.blogspot.com/
Mahdi Hadawi Tehrani, Wilâyat wa Diyânat, hal. 13 –
56, Yayasan Farhangg-e Khoney-e Kherad.
Abdul Hamid, dan Yaya. “Pemikiran
Modern Dalam Islam”. 2010. Bandung : Pustaka Setia.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar